Rabu, 29 November 2017

*3 Filter Sebuah Informasi*

Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat.
Suatu hari seorang kenalannya bertemu dengan filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"
"Tunggu sebentar," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan memberikan suatu test sederhana (yang saat ini disebut Triple Filter Test).
Filter pertama adalah KEBENARAN.
"Apakah Anda yakin bahwa apa yang akan Anda katakan pada saya itu benar?"
"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya HANYA MENDENGAR tentang itu."
"Baik," kata Socrates. "Jadi Anda tidak yakin itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua."
Filter kedua adalah KEBAIKAN.
"Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"
"Tidak, malah sebaliknya… "
"Jadi… " Socrates melanjutkan, "Anda akan menceritakan sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi, masih ada satu filter lagi, yaitu filter ketiga.
Filter ketiga adalah KEGUNAAN.
"Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"
"Tidak, sama sekali tidak."
"Jadi… " Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin menceritakan sesuatu yang belum tentu benar, bukan tentang kebaikan, dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus menceritakan itu kepada saya?"
Gunakan triple filter test setiap kali kita mendengar atau Menyampaikan sesuatu tentang kawan kita. Jika bukan KEBENARAN, bukan KEBAIKAN, dan tidak ada KEGUNAAN positif, tidak perlu kita terima atau kita sampaikan. Dan apabila kita terlanjur mendengarnya, jangan sampaikan pada orang lain, hingga kita tidak perlu menyakiti hati orang lain… (Socrates)
Mari...berpikir positif dg rasa syukur.
Srwjy 4417.

Rabu, 22 November 2017



SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Berbagai bidang aktifitas manusia sejak dahulu orang sudah  bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain dengan menggunakan berbagai jenis instrumen/alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan) dan data yang disimpan (sumber daya data).

A.        DEFINISI SISTEM INFORMASI
1.1       Pengertian Sistem dan Informasi
            Pengertian Sistem adalah kumpulan orang yang saling bekerja sama           dengan ketentuan-ketentuan aturan yang sistematis dan terstruktur untuk membentuk satu kesatuan       melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai         tujuan. Sistem memiliki beberapa       karakteristik atau sifat yang terdiri     dari komponen sistem, batasan sistem, lingkungan luar sistem,          penghubung sistem, masukan sistem, keluaran sistem, pengolahan sistem dan sasaran sistem. Sedangkan Pengertian Informasi adalah data yang     diolah menjadi lebih berguna dan berarti bagi penerimanya dan untuk    mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan     mengenai suatu keadaan. Sistem Informasi merupakan suatu kombinasi           teratur dari orang-orang, hardware, software,  jaringan komunikasi dan         sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan         informasi dalam sebuah organisasi.

 1.2      Fungsi Sistem Informasi 
·      Untuk meningkatkan aksesiblitas data yang ada secara efektif dan efisien kepada pengguna, tanpa dengan prantara sistem informasi.
·      Memperbaiki produktivitas aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem
·   Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
·       Mengidentifikasi kebutuhan mengenai keterampilan pendukung sistem informasi
·       Mengantisipasi dan memahami akan konsekuensi ekonomi
·       Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi 
·       Mengembangkan proses perencanaan yang efektif  

1.3.  Komponen Sistem Informasi (SI)
            Komponen-komponen dari sistem informasi adalah sebagai berikut  :
1.      Komponen input adalah data yang masuk ke dalam sistem informasi 
2.   Komponen model adalah kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang memproses data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah di tentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3.   Komponen output adalah hasil informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem. 
4.      Komponen teknologi adalah alat dalam sistem informasi, teknologi digunakan dalam menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output dan memantau pengendalian sistem. 
5.      Komponen basis data adalah kumpulan data yang saling berhubungan yang tersimpan di dalam komputer dengan menggunakan software database.
6.      Komponen kontrol adalah komponen yang mengendalikan gangguan terhadap sistem informasi.
1.4       Ciri-Ciri Sistem Informasi 
a.       Baru,adalah informasi yang didapat sama sekali baru dan segar bagi penerima 
b.      Tambahan, adalah informasi dapat diperbaharui atau memberikan tambahan terhadap informasi yang sebelumnya telah ada. 
c.       Kolektif, adalah informasi yang dapat menjadi suatu koreksi dari informasi yang salah sebelumnya.
d.      Penegas, adalah informasi yang dapat mempertegas informasi yang telah ada

1.5       Beberapa contoh  Sistem Informasi :
·  Sistem reverensi pesawat terbang, digunakan dalam biro perjalanan untuk melayani pemesanan/pembelian tiket.
·    Sistem untuk menangani penjualan kredit kendaraan bermotor sehingga dapat digunakan untuk memantau hutang para pelanggan.
·     Sistem biometrik yang mencegah orang yang tidak berkenaan memasuki fasilitas-fasilitas rahasia atau mengakses informasi yang bersifat rahasia dengan cara menganalisa sidik jari/retina mata.
·    Sistem point of sale (POS), diterapkan banyak swalayan dengan dukungan pembaca barcode untuk mempercepat pemasukan data.
·    Sistem telemetri/pemantauan jarak jauh yang menggunakan teknologi radio, misalnya untuk mendapatkan suhu lingkungan pada gunung berapi atau memantau getaran pilar jembatan rel kereta api.
·   Sistem berbasis kartu cerdas, dapat digunakan juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien karena didalam kartu tersebut terekam data-data mengenai pasien.
·      Sistem layanan akademis berbasis Web yang memungkinkan mahasiswa memperoleh data-data akademis atau bahkan dapat mendaftarkan mata kuliah-matakuliah yang diambil pada semester baru.
·      Sistem pertukaran data elektronik (Electronic Data Interchange atau EDI) memungkinkan pertukaran dokumen antarperusahaan secara elektronis dan data yang terkandung dalam dokumen dapat diproses secara langsung oleh komputer.

Rabu, 15 November 2017

Kiriman dari sahabat:
Self-healing...
*Duowoo.... semoga bermanfaat untuk kesehatan*
Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit “Silakan duduk,” sambut dr.Paulus.
Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.
“Apa yang dirasakan, Mas?”
Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.
“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”
“Tapi buat puasa kuat ya?”
“Kuat, Pak.”
“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”
Aku terbengong, menunggu penjelasan.
“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”
“Maksudnya, Pak?”
“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”
“Njih, Pak.”
“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”
“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.
“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”
Aku melongo lagi.
“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.
Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.
“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.
“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”
“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”
“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.
“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”
Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.
“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”
“Iya, Pak.”
“Itu salah kaprah.”
“Maksudnya?”
“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”
“Haah?”
“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”
“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”
“Ya ‘kan bisa di rumah.”
“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”
“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”
Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.
“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.
Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”
“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.
“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.
Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’
Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.
Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”
“Waah.. Lalu, Pak?”
“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”
Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.
“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.
Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”
“Orangnya masih hidup, Pak?”
“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”
“Wah, wah, wah..”
“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”
“Lhoh, njenengan pernah Pak?”
“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.
Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.
Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”
Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.
Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!
“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.
Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.
Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.
Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”
Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.
“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.
Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.
Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.
Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”
Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.
“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.
Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”
“Hasilnya, Pak?”
“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.
Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”
“Sembuh, Pak?”
“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.
Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.
Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”
Takjub, tentu saja.
Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.
Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.
Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.
Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.
Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.
Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur’an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.
Riyadhoh pun dimulai. Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.
Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.
Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.
Bacin, mirip bangkai tikus,kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.
Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.
Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!
Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.
Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.
Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.
“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.
Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.
Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”
Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.
Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.
Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.
Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.
Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.
Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.
“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,
“Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”
Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.
“Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.
Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat ‘naik’ dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ.”
Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala. Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.
“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah untuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur. Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”
Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.
“Puasa?”
“Ya!”
“Senin-Kamis?”
“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.
Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”
Lagi-lagi,aku manggut-manggut.
Tak asing dengan teori ini.
“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.
Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat,nggak usahlah. Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.
Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.
Penyakit apapun itu! Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.
Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”
Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.
“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.
Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.
Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”
Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disangoni berbagai macam jenis obat pun keliru.
Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada ?;kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.
Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.
Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.
“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.
Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.

Terima kasih Pak Paulus.
Kadipiro Yogyakarta, 2016
Dari wordpress GUBUGREOT

Jumat, 10 November 2017

MENGAPA SEKOLAH KAMI TIDAK MENGAJARKAN APAPUN PADA MURID KAMI SEBELUM AKHLAK DAN ETIKANYA BAIK
Mahatma Gandhi pernah berkata “Aku hanya melihat sifat baik di dalam diri sesama manusia. Sebab, aku sendiri tidak sepenuhnya terbebas dari keburukan. Aku tidak membedah orang lain untuk menemukan keburukan mereka”.
Albert Einstein juga pernah berkata “Rendah hati atau humble berasal dari bahasa latin humus yang artinya adalah tanah subur. Orang yang rendah hati pasti dekat dengan tanah yang subur.
Oleh karena itu, orang tersebut bisa mengalami hidup yang mempunyai hubungan erat dengan segala kehidupan”.
Saya secara jujur turut prihatin dengan aksi dan reaksi individu maupun kelompok yang cenderung berpikir dan bertindak jauh dari poin pernyataan yang disampaikan oleh Mahatma Gandhi dan Albert Einstein di atas.
Saya berbicara khusus terkait dengan beberapa perkembangan terakhir realita yang terjadi di Negara kita tercinta, Indonesia.
Para pihak tertentu yang menyatakan ‘intelektual-nya tinggi’ maupun yang menyatakan ‘ilmu agama-nya tinggi’, bahkan menyatakan ‘senior itu tetap lebih tinggi’, dan lain-lainnya seakan sibuk mencari keburukan dan kesalahan pihak lain dan memandang benar dirinya.
Realita lebih lanjut yaitu kasus seorang pelajar yang meninggal karena dianiaya para seniornya di sebuah perguruan tinggi kedinasan di bawah naungan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Mungkin masih banyak realita lainnya, tapi perspektif saya sebagai seorang awam adalah mereka seakan tidak menyadari terlebih dulu, bahwa harta kekayaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa bukanlah hanya keburukan namun juga kebaikan.
Oleh sebab itu jika hanya keburukan yang menjadi point utama dalam sebuah pemikiran maka godaan untuk terus meremehkan dan merendahkan akan menjadi manunggal tanpa bisa memuliakan sisi kebaikan sebagai dasar kita dapat memaknai dan mensyukuri kehidupan beserta isinya.
Jika kita hanya berpikir tanpa dilandasi sikap rendah hati maka pemikiran kita akan membuat kita menjadi sombong, angkuh, dan cenderung selalu meremehkan dan menyalahkan orang lain, tanpa ada rasa untuk dapat menerima masukan dan pemikiran orang lain.
Kembali saya mengutip pernyataan Albert Einsterin “Siapa pun yang menjadikan diri sendiri sebagai hakim kebenaran dan pengetahuan, maka ia akan ditertawakan oleh para dewa”.
Dan kembali saya mengutip pernyataan dari Mahatma Gandhi “Apabila kamu mempunyai kebenaran, hal itu harus ditambah dengan cinta. Sebab, jika tidak maka sebuah pesan dan pembawanya akan ditolak. Cinta tidak pernah meminta, sebaliknya dia senantiasa memberi.
Cinta memang terkadang membawa penderitaan, tetapi tidak pernah mendendam atau membalas dendam.
Dimana ada cinta maka di situ ada kehidupan. Namun dimana ada kebencian, maka di situ ada kehancuran”.
Tidak menyadari kekurangan diri sendiri dan buta terhadap kelebihan yang dimiliki orang lain dalam menghakimi orang atau pihak lain maka jiwa dan raga pihak yang bersangkutan hanyalah berisikan kesombongan.
Dalam setiap upaya ‘pihak-pihak tertentu’ yang mengatasnamakan diri mereka penegak kebenaran, atau yang paling benar, namun dalam setiap upayanya melupakan cinta dan mengabaikan cara-cara yang penuh kelembutan, maka tidak akan mungkin orang lain bisa melihat kebenaran.
Semoga semua Warga Negara Indonesia tidak hanya berorientasi pada KECERDASAN semata namun dapat mengkombinasikannya dengan KEBIJAKSANAAN sebagai teladan untuk para GENERASI PENERUS INDONESIA di masa depan.
Cerdas itu butuh bijaksana..
HIDUP INDONESIA !!!
With Love,
Dewa Radhea
Kepala Sekolah Maha Karya Gangga
Singaraja, Buleleng, Bali

Sumber Pustaka:
Buku J. Ferdinand Setia Budi “Berpikir ala Einstein dan Bertindak Ala Gandhi” (2016)

Kamis, 09 November 2017

Inilah Pengertian Konfigurasi Komputer

1. Pengertian Konfigurasi Komputer 

Komputer adalah sebuah perangkat yang memunkinkan seseorang lebih terbantu dan ringan terutama dalam menghadapi persoalan pekerjaannya terlebih lagi apabila manusia dihadapkan pada persoalan menghitung angka-angka besar dan mempunyai kompleksitas yang tinggi.

Apakah komputer tersebut dan apa saja perangkat yang ada didalamnya?
Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita bahas arsitektur/konfigurasi komputer tersebut.

#1.Bagian Komputer
Inilah bagian komputer yang terbagi kedalam 3 bagian :
-> Perangkat keras atau Hardware
-> Perangkat Lunak atau Software
-> Perangkat otak atau Brainware

A Hardware

Hardware adalah perangkat dalam bentuk fisik yang berfungsi menjalankan komputer. Peralatan ini berfungsi untuk  menjalankan intruksi-intruksi yang diberikan dan mengeluarkannya dalam bentuk informasi.

Secara fisik,komputer terdiri dari beberapa komponen yang merupakn suatu sistem. Sistem adalah komponen-komponen yang saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Apabila salah satu komponen tidak berfungsi, maka akan mengakibatkan tidak berfungsinya proses-proses yang ada. Komponen-komponen ini termasuk kedalam kategori elemen perangkat keras(hardware).

Berdasarkan fungsinya,perangkat keras dibagi kedalam beberapa bagian, yaitu :
  • Input Device (Unit Masukan)
  • Process Device (Unit Pemrosesan)
  • Output Device (Unit Keluaran)
  • Backing Strorage (UnitPenyimpanan)
  • Periferal (Unit Tambahan)

B. Software

 Software adalah seraangkaian prosedur atau dokumentasi program yang berfungsi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dikehendaki. Kalau sekarang ini istilah software diberikan kepada program-program yang ada di dalam sebuah sistem pada komputer misalkan MF. Office, Photoshop dan sebagainya.

Software ini juga dibagi dalam 3 bagian,yaitu :
  1. Sistem Operasi
  2. Bahasa Pemrgramana
  3. Program paket

C. Brainware 

 Brainware adalah orang yang bekerja dengan menggunakan media komputer.
Brainware ini terbagi dalam 3 bagian, yaitu :
  1.  Operator
  2. Programer
  3. System Analist

2. Perangkat-Perangkat Yang Ada Dalam Sistem Unit Komputer

A. Hardware
Yang terdiri dari :

1. Perangkat input (Input Device)
Berguna untuk memasukan intruksi ke dalam sistem komputer. Data yang dimasukan berupa signal input dan maintenance input. Signal input berbentuk data yang dimasukan kedalama sistem komputer,sedangkan maintenance input berbentuk program yang digunakan untuk mengolah data yang dimasukkan.

Berdasarkan sifatnya,peralatan input digolongkan menjadi 2,yaitu :
  • Peralatan input langsung, yaitu input yang dimasukkan langsung diproses oleh alat pemroses. Contoh : keyboard,mouse,touch screen. light pen, scanner dll.
  • Peralatan input tidak langsung, yaitu input yang melalui media tertentu sebelum diproses oleh media pemroses. Contohnya : punched card,disket, harddisk.
Komponen Input Device :
  1. Keyboard
  2. Mouse
  3. Scanner
2. Perangkat Proses (Unit Process)
Perangkat proses adalah perangkat yang digunakan untuk menjalankan  intruksi-intruksi yang akan ditujukan untuk menghasilkan suatu hasil yang dikehendaki .

Komponen Perangkat Proses :

a. CPU (Central Processing Unit)
CPU merupakan unit control yang mampu mengarahkan aliran program. CPU terdiri dari :
  • Motherboard
  • Memori
  • Processor
  • BIOS (Basic Input Output System)
  • Sound Card
  • VGA (Video Grafhics Adafter)
  • Harddisk
  • PCI (Periferal Component Interconnect)
3. Perangkat Keluaran (Output Device)
Merupakan perangkat untuk melihat hasil dari inputan.

Komponen Perangkat Keluaaran:
  • Monitor
  • Printer (alat cetak)
  • Speaker
4. Perangkat Priferal (unit tambahan)
 Yang termasuk kedalam Unit Tambahan yaitu :
  •  Modem
  • Kartu Suara

B. Perangkat Lunak/Software
Berguna untuk menghubungkan perangkat keras dengan pengguna.

Secara umum software dibagi menjadi 2 bagian,yaitu:

1. Sistem Operasi
 Sistem operasi diklasifikasikan menjadi 2 bagian,yaitu :

 a. Sistem Operasi Berbasis Teks
Merupakan sistem operasi yang menggunakan teks sebagai sistem.
Berikut System Operasi yang menggunakan Sistem Operasi Berbasis Text :
  1.  DOS (Disk Operation System), dikeluarkan oleh Microsoft tahun 1981
  2. Unix,  merupakan sistem operasi berbasis jaringan dikeluarkan tahun 1960, 
Bagian dari Unix yaitu :
1. Unix,
2. OpenBSD
3. FreeBSD
Unix pertama kali digunakan oleh komputer jenis IBM,HP dan Sun Solaris

b. Sistem Operasi Yang Berbasis Unit Grafis Antar Muka(Gui/  Grafhic Unit Interface)
Merupakan sistem operasi yang berbasiskan gambar atau grafis antar muka,

Diantaranya yang menggunakan GUI :
1. Windows
2. Macintosh
3. Linux

2. Perangkat Lunak Aplikasi
Merupakan perangkat yang melakukan fungsi untuk melakukan tugas perkantoran seperti : Pengolah kata, Pengolah angka,presentase, pengolah halaman web hingga perangkat media player dan sebagainya.

Perangkat lunak apliaksi terdiri dari :
a. Program paket, yaitu program yang siap pakai seperti MS. Office,Photoshop, corel draw dll.

b. Program bantu (Utility), yaitu  program untuk membantu sistem operasi seperti Antivirus,Defragment, format disket,periksa sistem dan lain seebagainya.

3. Bahasa Pemrograman
Merupakan suatu aplikasi yang berguna mengkonversikan perhitungan yang bersifat matematis  menjadi suatu aplikasi.
Contoh bahasa pemrograman : Bahasa Basic,COBOL,C,C++ dan sebagainya.

Rabu, 08 November 2017

Sistem informasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sistem Informasi (SI) [1] adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen.[2] Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk cara di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.[3]
Ada yang membuat perbedaan yang jelas antara sistem informasi, dan komputer sistem TIK, dan proses bisnis. Sistem informasi yang berbeda dari teknologi informasi dalam sistem informasi biasanya terlihat seperti memiliki komponen TIK. Hal ini terutama berkaitan dengan tujuan pemanfaatan teknologi informasi. Sistem informasi juga berbeda dari proses bisnis. Sistem informasi membantu untuk mengontrol kinerja proses bisnis.[4]
Alter berpendapat untuk sistem informasi sebagai tipe khusus dari sistem kerja. Sistem kerja adalah suatu sistem di mana manusia dan/atau mesin melakukan pekerjaan dengan menggunakan sumber daya untuk memproduksi produk tertentu dan/atau jasa bagi pelanggan. Sistem informasi adalah suatu sistem kerja yang kegiatannya ditujukan untuk pengolahan (menangkap, transmisi, menyimpan, mengambil, memanipulasi dan menampilkan) informasi.[5]
Dengan demikian, sistem informasi antar-berhubungan dengan sistem data di satu sisi dan sistem aktivitas di sisi lain. Sistem informasi adalah suatu bentuk komunikasi sistem di mana data yang mewakili dan diproses sebagai bentuk dari memori sosial. Sistem informasi juga dapat dianggap sebagai bahasa semi formal yang mendukung manusia dalam pengambilan keputusan dan tindakan.
Sistem informasi merupakan fokus utama dari studi untuk disiplin sistem informasi dan organisasi informatika.[6]
Sistem informasi adalah gabungan yang terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi dan sumber data dalam mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam organisasi.[7]
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.[8]
Sistem informasi  adalah kumpulandari  sub-sub  sistem baik phisik maupun non phisik yang  saling berhubungan  satu sama  lain dan bekerja  sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna.[9]

Tujuan Sistem Informasi

Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Sistem informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Data yang diolah saja tidak cukup dapat dikatakan sebagai suatu informasi. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness), dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung oleh tiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi merupakan sampah (garbage).

Komponen

Komponen prosedur dalam SI berkaitan dengan prosedur manual dan prosedur berbasis komputer serta standar untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna. Suatu prosedur adalah urutan langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan satu atau lebih aktivitas pengolahan informasi. Pengolahan informasi ini dapat dikerjakan dengan pengguna, atau kombinasi pengguna dan staff TI. Suatu bisnis terdiri dari berbagai macam prosedur yang digabungkan secara logis untuk membentuk suatu sistem. Sebagai contoh sistem yang umumnya ada dalam suatu organisasi adalah sistem penggajian, personalia, akuntansi, dan gudang.
Ini terdiri dari komputer, instruksi, fakta yang tersimpan, manusia dan prosedur.
SI dapat dikategorikan dalam empat bagian:
  1. Sistem Informasi Manajemen
  2. Sistem pendukung keputusan
  3. Sistem Informasi Eksekutif
  4. Sistem Pemrosesan Transaksi

Referensi

  1. ^ "Definition of Application Landscape". Software Engineering for Business Information Systems (sebis). Jan 21, 2009. Diakses tanggal January 14, 2011.
  2. ^ SEI Report, "Glossary"
  3. ^ Kroenke, D M. (2008). Experiencing MIS. Prentice-Hall, Upper Saddle River, NJ
  4. ^ O'Brien, J A. (2003). Introduction to information systems: essentials for the e-business enterprise. McGraw-Hill, Boston, MA
  5. ^ Alter, S. The Work System Method: Connecting People, Processes, and IT for Business Results. Works System Press, CA
  6. ^ Beynon-Davies P. (2009:34). Management Information Systems. Palgrave, Basingstoke
  7. ^ James A. O’Brien (2007:45)Management Information Systems - 10th edition.Palgrave, Basingstoke
  8. ^ Laudon, Kenneth C.; Laudon, Jane P. (2007:42)Sistem Informasi Manajemen. Palgrave, Basingstoke
  9. ^ 9 Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya. Bandung: Lingga Jati.
Berebut Balon
Pada suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta
Tiba-tiba sang Motivator berhenti berkata-kata dan mulai memberikan balon kepada masing2 peserta.
Dan kepada mereka masing2 diminta untuk menulis namanya di balon tsb dgn menggunakan spidol.
Kemudian semua balon dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam ruangan lain.
Sekarang semua peserta disuruh masuk ke ruangan itu dan diminta untuk menemukan balon yang telah tertulis nama mereka, dan diberi waktu hanya 5 menit.
Semua orang panik mencari nama mereka, bertabrakan satu sama lain, mendorong dan berebut dengan orang lain disekitarnya sehingga terjadi kekacauan.
Waktu 5 menit sudah usai, tidak ada seorangpun yang bisa menemukan balon mereka sendiri.
Sekarang masing2 diminta untuk secara acak mengambil sembarang balon dan memberikannya kepada orang yang namanya tertulis di atasnya.
Dalam beberapa menit semua orang punya balon mereka sendiri
Akhirnya sang Motivator berkata :
Sahabat...
Kejadian yg baru terjadi ini mirip dan sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semua orang sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, (mirip dengan mencari balon mereka sendiri) dan banyak yg gagal.
Mereka baru berhasil mendapatkannya ketika mereka memberikan kebahagiaan kepada orang lain (memberikan balon kepada pemiliknya).

Kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan orang lain. Memberi kebahagiaan kepada orang lain akan menjadi sarana utk mendapatkan kebahagiaan diri ...
Keep spirit... !

Selasa, 07 November 2017

*3 Filter Sebuah Informasi* Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seora...